"Langkahkan kaki kemana kamu ingin pergi, bagaimanapun suasana hatimu"
(Kurnia, 2012)
Terinsiparasi semangat adik saya yang baru saja pulang nge-trip ke Taman Nasional Baluran & Taman Nasional Bali Barat, saya ingin membagi sekelumit kisah End-Year Trip saya tahun lalu.
Sudah lama saya membayangkan dapat menjejakan kaki di Gunung bromo, entah kenapa eksotisme alam di balut kekentalan budaya yang masih menyelimuti tempat itu megelitik hasrat saya. Dan pada 11-12-11 saya berkesempatan mencicipi indahnya gunung Bromo.
Kami serombongan berangkat dari Solo dengan menyewa ELF, berisi 12 Orang, dengan 1supir, berangkat pukul 16.00 WIB dari Solo. Pukul 2 dini hari, jalanan mulai menanjak dan menikung curam. Hawa dingin mulai menusuk kulit. Tepat pukul 3 dini hari kami sampai di tempat parkir mobil, packing sebentar kita melanjutkan perjalanan menggunakan Jeep. Yap, hanya Jeep yang diperbolehkan menyusuri jalan itu. Sedikit rasa penasaran saya menguak, ternyata hal itu memang bertujuan untuk mengidupi masyarakat sekitar. Tarif sewa mobil Jeep pun sudah di seragamkan, sehingga tidak ada persaingan tarif antar pengemudi. Dan merekapun sudah di koordinir dalam "Koperasi Jeep", yah that kind of think lah.
Gunung Batok
Jangan dikira perjuangan kami hanya pidah dari ELF ke Jeep dan sunrise sudah di pelupuk mata, No No No baby, kita masih harus menusuri jalan menanjak yang terjal, sudut kemeringanya kisaran 45-60 derajat (menurut saya). Nafas mulai terengah engah, ketahuan kalo jarang olahraga.
Untuk yang tidak mau capai, banyak tersedia kuda yang disewakan oleh pemiliknya untuk mengantar anda anda ke puncak. Nyaman sih (untuk yang naik kuda) tapi kadang si kuda ini suka menyerobot jatah para pejalan kaki, pilihannya hanya 2, minggir atau di cium kuda. Dengan keberadaan kuda ini juga membuat medan yang terjal semakin menantang, karena di antar gelanpanya subuh, kita harus berhati hati menghindari ranjau kuda baik yang baru ataupun sudah lumayan lama.
Dan ketika sampai di atas, rasa dingin mulai menusuk, tapiitu tidak dapat menyembunyikan rasa puas yang membuncah. And here the photograph sewaktu saya dan rombongan sampai di atas dengan latar belakang gunung batok ::
Harus lompat ketika turun dari bukit pandang |
Kawah & Lautan Pasir Bromo
Jeep yang kami naiki berhenti di kawasan parkir Taman Nasional Gunung Bromo yang lokasinya sebelum Pura Luhur Punten yang terletak di tengah lautan pasir, kami meneruskan perjalanan menuju
Kawah Gunung Bromo dengan berjalan kaki. Bagi yang tidak kuat berjalan
kaki, dari area parkir juga tersedia persewaan kuda untuk menuju tangga
naik ke Kawah Gunung Bromo.
Untuk menuju ke mulut tangga, kami harus
berjalan terlebih dahulu melewati lautan pasir sejauh 2-3 kilometer
menelusuri bekas tapak kaki manusia dan tapal kuda. Kami berjalan lebih
santai karena tidak memburu waktu. Ketika melewati kawasan pura umat
Hindu yang bernama Pura Luhur Poten, kami sempat berhenti sebentar
sembari memperhatikan bentuk bangunan pura dan pemandangan Gunung Batok
yang tepat berada disebelahnya.
Kami harus menaiki anak tangga
yang berjumlah sekitar 250 buah untuk menuju puncak Gunung Bromo. Anak tangga yang cukup sempit, handle pegangan samping yang sudah reot serta menipisinya kadar oksigen membuat kami berjalan tertatih. Sampai di Puncak kawah, kami tidak stay terlalu lama, selain karena tempat yang terbatas dan beberapa di antara kami takut ketinggian sehingga cuma magrok saja, hujan gerimis pun mulai mengguyur, tak ayal kami segera bergegas turun.
Saat turun karena tergesa, saya memasukan pokect camera Sony W 230 saya, ke tas yang di bawa teman di depan saya. Dasar penyakit ceroboh saya yang sudah level benua antartika, dengan santainya saya masukan saja tanpa menutup tasnya dengan rapat, sekenanya saja. Alhasil kamera itu raib di telan hujan di kawah bromo.
Savana
Liburan terus berlanjut ke Savana yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, hamparan padang hijau menyambut kita dengan eloknya. Betapa Tuhan yang Maha Agung telah membuktikan kekuasaannya.
Disana angin bertiup sepoy sepoy, acara dilanjutkan dengan foto-foto, apa gunanya ada dua fotografer dengan persiapan alat yang lumayan kumplil kalo tidak untuk mengabadikan gambar. Here the photograph ::
DO NOT TRY THIS AT HOME !!! |
Sableh, lagi telfon pacarnya yang ada di pulau borneo |
Yohan, Fotografer |
Bang Roma, Fotografer |
Anggota K-PoP |
Dibalik layar |
*nyicil foto pre-wed* |
Pasir Berbisik
Pasir Berbisik adalah sebuah lautan pasir luas indah yang berada di
sekitar Kaldera Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Nama panggilan itu
tampaknya diberikan setelah sebuah film populer dengan judul sama
menggunakan lokasi itu sebagai tempat pengambilan gambar beberapa tahun lalu. Yes, film pasir berbisik yang dibintangi Dian Sastrowardoyo.
Badai pasir ringan yang sesekali datang menerpa tidak mengganggu
selera untuk terus menikmati pemandangan yang indah, dengan
bentuk-bentuk karang unik, dan langit biru jernih yang mempesona.
Note :
Buget untuk trip ini 160k/orang, meliputi : Sewa ELF, solar ELF, fee supir, sewa Jeep, Makan selama perjalanan brangkat-bromo-perjalanan pulang
This is my bromo trip, what about yours ?
Bromo emang membekas di hati banget, Nia. Pemandangan dan debunya ajiibb bener dah.
BalasHapusSetiap trip pasti selalu membekas di hati mbak, semua punya ceritanya sendiri.
HapusMb arum barusan kan dari bromonya ?
Iya. Pengen kesono lagi tapi waktu & dana belum ada :')
Hapusbesok honeymoon di sana sama mas calon suami, enak adem adem piyeeee :p
Hapus