I don’t know how much I love you, but I know your love to me
is unconditional love.
Cinta, sudah pernah merasakan cinta ? Bagaimana rasanya ?
Manis kah, asin kah, pahit kah ?
Hampir semua orang pasti pernah merasakan cinta, entah jatuh
cinta, cinta bertepuk sebelah tangan atau cinta-cinta lainnya. Buat mereka yang
sudah punya pasangan hidup (baca: suami/istri) mungkin sudah merasakan level
cinta yang maha dasyat “unconditional love” dari pasangannya. Walaupun saya
belum punya calonsuami, saya tau ada seorang lelaki yang punya cinta sekuat
baja, sekokoh karang dan sesejuk embun untuk saya.
Minggu malam, gerimis tipis mengguyur kota Solo. Ibu saya
pergi menjenguk tetangga yang sakit. Rumah dalam keadaan “sepi” tanpa ada yang
bisa dimakan. Iseng saya cek ke dalam lemari penyimpanan, dilanjutkan inspeksi
isi lemari pendingin. Ada beberapa jenis makanan cepat saji, tapi entah kenapa
saya tidak berselera. Geloleran manja di kamar sambil brosing di www.resepkita.com ,
saya menemukan jajanan yang sering Ibu saya buat waktu saya masih kecil
Poffertjies. Sekali lagi saya cek lemari penyimpanan dan lemari pendingin,
Lucky me semua bahan tersedia tinggal eksekusi
Bahan utama nya cukup sederhana, ragi, tepung terigu, telur
dan susu
Bahan pelengkapnya gula halus, garam dan margarin. Karena
gula halus di simpan Ibu di lemari pendingin, jadilah dia mengumpal, tapi
tenang hanya dengan sedikit tekanan dia akan kembali menjadi bubuk bubuk
lembut, selembut cinta lelaki itu.
Well, ketika semua bahan sudah di siapkan, campur tepung
terigu, ragi dan garam, kemudian masukan telur, aduk perlahan-lahan, terakhir
tuangkan susu sedikit demi sedikit. Campur rata sampai tidak ada adonan yang
mengumpal, diamkan selama 15 menit.
Sambil menunggu adonan yang di diamkan selama 15 menit,
olesi cetakan poffertjies dengan margarin. Seharusnya cetakan untuk poffertjise
lebih bulat lagi, sehingga saat matang bisa berbentuk seperti kelereng, tapi
apa daya yang saya temukan hanya cetakan semacam ini yang kurang cekung but cooking must go on. Setelah 15 menit tuang adonan ke dalam cetakan, saat dirasa
sudah matang segera balik poffertjise. Kata Ibu, masak itu harus pake feeling,
dan yang jelas practice make perfect, jadi sebagai amatiran, bentuk yang kurang
sempurna dan sedikit gosong dapat di maklumi.
Inilah hasil akhir poffertjis bikinan saya yang sudah di
taburi gula-gula. Buat yang mau coba bikin bisa cek resepnya di SINI
Masih ingat lelaki yang saya sebut di awal cerita, he
is My father. Awalnya dia bingung ketika ngicipin poffertjis bikinan saya, mungkin
dalam hati dia bingung, makanan apa ini kok bentuknya aneh. (yang bikin masih amatir).
Setelah di coba, beliau malah excited menyuapkan poffertjise saya ke adek dan
mas glenn fredly.
Ahh how I love “this man” ,lelaki yang selalu menyediakan
pundaknya saat saya ingin bersandar, yang selalu mengangkat saya saat saya
jatuh, dan selalu ada saat saya membutuhkannya. Padahal ketika saya bahagia,
sering saya melupakannya, memilih berbagi tawa dengan yang lainya, tapi tak pernah
sekalipun ada amarah, tangannya selalu terbuka memberi pelukan lembut dan
guyonan lucu membuat saya lupa pada dunia yang kadang tidak bersahabat.
Dimataku dia begitu
hebat, lebih hebat dari Superhero manapun yang pernah ku lihat.
I love you ayah
yosin mau nikah, yosin mau nikaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah... tapi sama siapa -_-
BalasHapuswalaupun gitu, yosin juga percaya, akan ada seorang pria yang kuat, lembut, penyayang, ganteng, cerdas, kaya, bisa berhemat, rajin ibadah, tinggi yang bakal jadi suami yosin.. amiin
btw nggak ngiler sama pofertjesnya :P nanti aku gendut
iya tenang, yosin besok pasti nikah.
Hapussebelumnikah belajar masak dulu sana,biar suami betah
Jadi inget abu nawas
BalasHapusPerempuan diibaratkan kue, beda warna dan bentuk tapi rasanya sama.
~Kabuuuuuuurrrr~
wahhhhh di komen warung blogger ^^
Hapusjadi kangen bapak ku :(
BalasHapusThanks Yasmin sudah mampir.
HapusSalam buat bapak kamu yaa ^^
so sweet..
BalasHapusselamat :)